Review Ubur-ubur Lembur by Raditya Dika

Credit : Gagasmedia Judul                : Ubur-ubur Lembur Penulis             : Raditya Dika Penerbit           : Gagasmed...

Credit : Gagasmedia
Judul                : Ubur-ubur Lembur
Penulis             : Raditya Dika
Penerbit           : Gagasmedia
Tahun Terbit    : 2018
Tebal Buku      : 231 halaman
Harga Buku     : IDR 66.000
Genre              : Non- fiksi Komedi 
Rating             : 4/5 (🌟🌟🌟🌟)


" Hal kedua yang gue nggak sempat kasih tahu Iman : Jadi orang yang dikenal publik harus tahan dengan asumsi-asumsi orang. Misalnya, orang-orang penuh dengan asumsi yang salah. Gue kurusan dikit, dikomentarin orang yang baru ketemu, ‘Bang Radit, kurusan, deh. Buat film baru, ya?’ Gue geleng, ‘Enggak.’ Gue bilang, ‘Emang lagi diet aja.’ Dia malah balas bilang, ‘Ah, boong! Paling abis putus cinta, kan?’
Giliran gue potong rambut botak, ada orang yang ketemu gue di mall nanya, ‘Wah botak sekarang? Lagi shooting Tuyul dan Mbak Yul Reborn, ya, Bang?’ Kalau udah gitu gue cuma terkekeh sambil jawab, ‘Enggak, lagi cosplay jadi kacang Sukro, nih.’ "



Setelah tiga tahun semenjak terbitnya buku Koala Kumal, kemarin tanggal 1 Februari Raditya Dika resmi meluncurkan buku terbarunya yang berjudul Ubur-ubur Lembur. Yup, sudah menjadi ciri khasnya, Raditya Dika memberi judul bukunya dengan nama binatang dan seperti menjadi sebuah misi, di bukunya ini pun Dika mengajak kita semua untuk menertawakan kehidupan lewat kesialan-kesialannya.

Ada 14 bab yang tidak saling berkaitan di dalam buku ini. Namun, Raditya Dika mempertajam sudut pandangnya seperti, dalam bab Di Bawah Mendung Yang Sama dan Raja Sekolah bercerita tentang bagaimana seseorang tidak berubah bahkan setelah lama gak ketemu, dan di bab Dua Orang yang Berubah bercerita tentang orang yang sama bisa berubah. Kemudian di bab Pada Sebuah Kebun Binatang menceritakan patah hatinya yang terdahulu. Selanjutnya di bab Percakapan dengan Seorang Artis menceritakan pengalamannya mempunyai teman dari dunia serba gemerlap, di bab Korban Tak Sampai bercerita tentang manfaat lain menjadi seorang yang dikenal, pada bab Mata Ketemu Mata dan Balada Minta Foto menceritakan tentang Dika yang masih tetap menjadi dirinya yang sama. Lalu di bab Rumah yang Terlewat tentang dirinya yang masih sering terjebak nostalgia, dan Tempat Shooting Horror yaitu tentang dirinya yang kini percaya hantu. 

Buku ini sama sekali tidak membosankan. Dari isi dan gaya bahasanya pun sangat sederhana, meskipun buku ini bukan novel yang berisi cerita cinta yang bikin baper tapi Dika mengemasnya dengan bahasa puitis khasnya dan tidak berkesan mendayu-dayu. Komedinya halus dan tidak terkesan memaksakan sama sekali. Kalau kamu jeli dan suka nonton stand-up comedy nya (aku termasuk yang selalu mengikuti stand-up comedy nya), pasti ada beberapa yang familiar. Meskipun begitu, entah kenapa tetap saja tidak membosankan untuk disimak. Di bab yang mana? Makanya beli dong bukunya hehe. Lalu, di dalam buku ini pun terdapat beberapa ilustrasi yang menggambarkan adegan ceritanya tapi menurutku gaya penulisan Dika saja sudah cukup membuat para pembacanya turut hadir ke dalam setiap cerita-cerita yang dibawakannya. 

Dari kesemua bab di dalam buku ini, bab yang menjadi favoritku ada dua yaitu bab Pada Sebuah Kebun Binatang dan Di Bawah Mendung yang Sama. Di bab Pada Sebuah Kebun Binatang, Dika berhasil membuatku baper dengan cerita dan juga ending-nya. Kemudian pada bab Di Bawah Mendung yang Sama, Dika berhasil mencampurkan dua hal yang ngena banget menurut pribadiku sendiri yaitu diajak tertawa kemudian diajak berpikir serius. Kocaknya yaitu di bagian ketika pertama kali ayahnya berkenalan dengan teman kecilnya Dika, Kathu. Di situ aku langsung tertawa sambil membayangkan ekspresi muka mereka. Kalau kamu sudah baca, bagaimana nih menurutmu? Lalu di bagian terakhir seperti quote di bawah ini sangat relatable dengan diriku saat ini. Masih bingung akan makna dewasa sesungguhnya. 

" Jangan-jangan ini inti dari menjadi orang dewasa : untuk lupa rasanya senang dengan sepenuh tenaga. Kalau dulu ketika kita jatuh cinta sama orang, kita bisa sepenuh jiwa raga berkorban untuk orang itu. Sekarang kalau jatuh cinta, penuh dengan kehati-hatian: apakah orangnya beneran baik? Apa motivasi dia ngedeketin kita? Apakah hubungan ini akan berakhir dengan perih seperti yang dulu-dulu? - Bawah Mendung yang Sama "


Seperti di buku-buku terdahulunya, di bab terakhir Dika menceritakan alasan pemberian judul dan menceritakan benang merahnya. Kalau di buku sebelumnya, Koala Kumal memiliki benang merah tentang tempat atau orang yang sudah ditinggalkan, jika kita kembali lagi ke orang atau tempat itu maka sudah tidak sama lagi. Di buku Ubur-ubur Lembur ini, jujur saja aku masih meraba-raba apa benang merahnya. Mungkinkah Dika ingin menyampaikan ke semua pembacanya kalau dia tidak berubah dan tetap menjadi dirinya yang lama? Bahwa seseorang tetap bisa menjadi dirinya yang sama ketika dunia membawanya ke tempat serta ke dalam pengalaman yang berbeda-beda? Ok, it's just my opinion. How about you? Di bab terakhir ini, setelah kamu menamatkan halamannya pasti langsung tergugah khususnya buat kamu yang bercita-cita ingin menjadi penulis. Di sini, Dika bercerita tentang bagaimana kehidupannya ketika bekerja di kantoran yang membuatnya tergerak untuk menjalani pekerjaan yang dicintainya kini. 


"Gue percaya kalau kita hidup dari apa yang kita cintai, maka kita akan mencintai hidup kita."



Kesimpulannya, buku ini sangat aku rekomendasikan buat kamu yang ingin bacaan yang ringan, penghilang stress tapi sekaligus ngajak mikir. Kombinasi yang pas, bukan? Sebagai pembaca setianya (since 6th grade), sekali lagi Dika tidak membuat kecewa. Untuk kamu yang belum atau tidak pernah sama sekali membaca buku komedi Raditya Dika, besok coba ke toko buku terdekat dan langsung baca satu sampai dua halaman saja. Dijamin kamu bakalan langsung pingin bawa pulang! 

Selamat membaca!











You Might Also Like

0 komentar