Ada Apa dengan Aan dan Cindil?

Minggu, 8 mei 2016 From Poetry To Movie  Gue nekat dari stasiun Bogor menuju ke stasiun Cikini demi ketemu sama penyair yang baru-b...


Minggu, 8 mei 2016
From Poetry To Movie 
Gue nekat dari stasiun Bogor menuju ke stasiun Cikini demi ketemu sama penyair yang baru-baru ini lagi booming banget itu loh. Siapa lagi kalau bukan Aan Mansyur.  Tepatnya gue mau menghadiri acara Asean Literary Fest yang diselenggarakan di Taman Ismail Marzuki (TIM). Acaranya berlangsung selama 3 hari dimulai dari tanggal 6-8 Mei. Jadi, hari minggu kemarin itu hari puncak dari acara tersebut. Dibutuhkan lebih dari sejam buat sampai di sana. Sekitar pukul 15:10 gue sampai dan acara dimulai jam 15:00. Hujan turun menemani langkah gue menuju ke Theater Kecil dan sempet bingung karena gue gak pernah ke TIM sejujurnya. 
Sepatu serta tas gue ikutan mandi kena hujan meski gue bawa payung. But, totally i do not upset because the program, “From Poetry to Movie” was awesome. Gue duduk di kursi pinggir atas dan alhamdulillah acara intinya belum dimulai sama sekali pas gue baru dateng. Kami para penonton pertama kali disuguhkan oleh penampilan group yang terdiri dari  3 orang  (i forgot their group name) menampilkan musikalisasi puisi dari Aan Mansyur dan Wiji Thukul. Their was great. Selanjutnya acara inti pun dimulai. Acara dipandu oleh seorang wanita dan 2 bintang tamu yang semuanya adalah penyair-penyair Indonesia yang sangat keren. Mereka adalah Aan Mansyur dan Gunawan Maryanto. Yeeayy!
Gunawan Muryanto
Dalam acara ini, tentu saja banyak sekali yang dibahas. Dari latar belakang masing-masing penyair sampai apa yang membuat mereka begitu mencintai puisi. Gunawan Maryanto ternyata membawa kabar mengejutkan buat kami waktu itu #ciyeee. Kabarnya, ia akan memerankan seorang penyair legendaris, Wiji Thukul dalam sebuah film yang akan segera diliris. Ia masih merahasiakan judul filmnya apa. Tapi Cindhil sapaannya, bercerita bahwa banyak kesulitan dan cerita menarik dibalik pembuatan film tersebut. Ternyata untuk memerankan seorang Wiji Thukul ia harus rela berdiet tidak makan nasi untuk memiliki tubuh kurus dan masih banyak lagi. Cindhil juga ternyata pernah ditawari untuk menjadi Wiji Thukul dalam sebuah film pendek.
Aan Mansyur
Sama halnya dengan Cindhil, Aan Mansyur juga memiliki cerita yang tak kalah serunya mengenai buku terbarunya yang berjudul “Tidak Ada New York Hari ini”. 6 bulan. Waktu yang tak sedikit baginya untuk mendalami perannya sebagai Rangga dalam sisi yang lain. Bagi kalian yang sudah nonton film AADC 2 pasti tahu buku tersebut sangat dicari saat ini. Kabarnya sih baru seminggu bukunya laku 19.000 eksamplar. WOWOWOW! Dalam waktu 6 bulan itu, ia melakukan berbagia observasi mengenai berbagai hal. Misalnya, ia harus banyak-banyak baca buku tentang New York untuk mensiasati dirinya yang belum pernah terbang ke kota di negeri Paman Sam tersebut. Ia mendalami perannya dan memikirkan apa yang dilakukan Rangga selama 14 tahun di New York. Itu sangat menjadi tantangan untuknya. Ia juga mengaku dirinya-lah Rangga sebelum Nicholas Saputra memerankan Rangga di film AADC 2 Hahaha... bisa saja ya. Dan masih banyak cerita menarik lainnya. Jika kalian sudah baca beli + baca bukunya pasti kalian tahu ada 3 puisi yang sudah tidak asing lagi di telinga ketika menonton Cinta dan Rangga di layar lebar. 
Sekitar pukul 17:45 acara pun selesai. Namun kami masih disuguhkan oleh penampilan grup yang sama seperti pembukaan. Penutupan kali ini mereka membawakan puisi dari buku Aan Mansyur, “Tidak Ada New York Hari Ini” dan puisi Chairil Anwar dalam “Aku”. Dengan riuhan tepuk tangan para penonton, tirai ditutup. Satu persatu penonton berhamburan keluar dan pulang. 

You Might Also Like

0 komentar